Iseng-Iseng dapat dollar, Tanpa modal 1 rupiah pun, hanya daftar, Klik iklan biarkan tayang 40 detik,
promosi online untuk mendapatkan downline dalam 1 bulan bisa dapat tabungan $90,000.Siapa saja bisa!!! CARANYA:
Klik Disini Untuk Bergabung
baca dan ikuti petunjuk dibawah
ini:
1. Anda akan masuk ke web yang anda klik.
2. Pilih menu SIGN UP dan masukan email yang valid dan disarankan personal e-mail address. lalu klik Continue.
3. Setelah beberapa saat cek email anda dan klik link (URL) untuk mulai registrasi.
4. Anda diharap mengisi data yang benar yang nantinya akan dipakai untuk payout (pembayaran) .
5. Username: Ketik nama alias atau samaran anda (min 6 digit)
6. E-Mail: Masukan alamat email anda
7. First Name: Ketik nama depan anda (harus sesuai KTP/KARTU PELAJAR)
8. Last Name: Ketik nama belakang anda (harus sesuai KTP/KARTU PELAJAR)
9. Address: Ketik alamat tinggal anda (harus sesuai KTP/KARTU PELAJAR)
10. City: Ketik nama kota anda, misalnya Bandung 11. State: Ketik nama propinsi, misalnya JAWA BARAT
12. Zip Code: Ketik kode pos
13. Country: Ketik nama negara, misalnya Indonesia
14. Select categories of interests to you: Harap anda centang semua kategori tersebut sampai dengan terakhir.
15. Select a payment method: Pilih yg WESTERN UNION
16. Payment account ID: Isi payment ID dengan nama anda sesuai KTP/ID card
17. Password: Masukan min 6 digit angka (yang gampang anda ingat)
18. Confirm Password: Masukan lagi 6 digit angka di atas (password)
19. Trus Klik Tombol Sign Up Maka otomatis uang sebesar USD 1.500 langsung masuk ke account anda (earning).
20. Usahakan luangkan waktu untuk cek account anda tiap hari,karena selalu ada iklan yang perlu anda klik(PTC), Paid To Clik, dan juga di Inbox nya 3 hari sekali ada iklan yang harus anda klik, karena di inbox PTCnya lumayan gede lho!!!!.
*Semakin anda rajin maka Earning (pendapatan) anda akan semakin cepat terkumpul, apabila sudah memenuhi syarat US$90,000, anda bisa melakukan request untuk payoutnya. *Setelah earning anda mencukupi, anda request untuk payoutnya dengan mengklik Redemption maka akan terbuka 4 kategori yang akan di redemp, karena keanggotaan anda gratis, pilih yang free member.
*Tunggu balasannya di e-mail anda yang akan berisi: - Nama yang berhak menerima Kode MTCN (Money Control Transfer Number).
* Kalau sudah dapat point 10, anda tinggal print lalu bawa deh ke bank yang ada layanan WESTERN UNION nya.
* Pihak bank akan mengkonfirmasik an keabsahan data anda (makanya saat registrasi gunakan data sesuai KTP anda).
** Sudahh...Anda menjadi jutawan sekarang.... gampang kan....asal mau coba saja sekarang dan buktikan, dan jangan lupa sedekahnya buat yang berhak.
* Kirimkan juga pesan ini ke teman2 anda,karena semakin banyak temen2 anda bergabung
Klik Disini untuk bergabung
Mengukir Pengalaman
Senin, 29 April 2013
Senin, 12 November 2012
AGAMA DAN KEMAJEMUKAN MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk yang terdiri atas
berbagai macam suku-bangsa, agama, dan golongan secara keseluruhan membentuk
kebudayaan nasional Indonesia. Kemajemukan dalam masyarakat Indonesia merupakan
kekayaan budaya nasional uang membanggakan. Tetapi dalam kemajemukan seringkali
tumbuh potensi-potensi konflik, karena faktor-faktor kondisional dan struktural
yang bersifat aktual dalam perkembangan masyarakat.
Di antara salah satu kenyataan yang tumbuh menyertai suasana integrasi
dalam kemajemukan masyarakat Indonesia, ialah munculnya konflik antar pemeluk
agama. Hal ini disebabkan karena faktor yang watak yang melekat pada
agama-agama besar yang bersifat opensif, dan kemajemukan masyarakat indonesia
sendiri, yang keduanya memberi peluang timbulnya benturan-benturan kepentingan
yang bersifat kompleks. Seringkali faktor-faktor pemicu konflik tersebut
bersifat destruktif bagi kehidupan, sehingga selalu dicari berbagai upaya
peredam konflik, antara lain melalui jalur peraturan yang membatasi cara
penyebaran agama, dengan asumsi bahwa masalah ini seringkali menjadi faktor
pemicu konflik yang terbilang kuat.
Umat Islam sebagai mayoritas di Indonesia telah memberikan sumbangan yang
sangat berharga bagi tegaknya negara dan bangsa serta terpeliharanya integrasi
nasional, termasuk dalam membangun kerukunan umat beragama. Tetapi menjadi
kenyataan pula, bahwa tidak jarang terjadi ketegangan sosial antara umat Islam
dengan non-Islam, terutama karena persoalan penyebaran agama yang bertemu
dengan faktor lainnya dalam kehidupan masyarakat.
B.
Metode Penelitian
Metode yang relevan untuk meneliti “Agama dan Kemajemukan Masyarakat”
adalah dengan metode penelitian lapangan/observasi. Dengan metode penelitian
lapangan, kita memperoleh informasi yang empirik dan aktual mengenai berbagai
gejala dan kecenderungan dalam kehidupan beragama. Termasuk berkaitan dengan
konflik antarumat beragama dalam kehidupan nyata masyarakat. Dengan demikian,
kita dapat lebih memasuki pembahasan konkret empirik dalam mengkaji beragama
dalam masyarakat Indonesia.
Yang tak kalah penting ialah melalui penelitian lapangan, dapat dirumuskan
kebijakan dan strategi ke depan berupa perencanaan strategis tentang pola
kehidupan beragama dalam kemajemukan, khususnya tentang konflik antarumat
beragama yang terjadi di Indonesia.
BAB II
AGAMA DAN KEMAJEMUKAN MASYARAKAT
A.
Agama dalam Kehidupam Masyarakat
Agama menurut Anselm von Feuerbach sebagaimana dikutip oleh Rahmat (1986:
36), dalam bentuk apapun dia muncul, tetapi merupakan kebutuhan ideal umat
manusia. Karena itu, peranan agama sangat menentukan dalam setiap kehidupan,
dan tanpa agama manusia tidak akan hidup sempurna. Hal itu berkaitan secara
mendasar dalam hakikat kehidupan manusia, bahwa ada sesuatu yang sangat alami
pada diri manusia yang disebut naluri atau fitrah untuk beragama (Madjid, 1992:
xvii).
Peranan menjadi sangat penting ketika agama telah dianut oleh
kelompok-kelompok sosial manusia, yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup
manusia yang kompleks dalam masyarakat. Pada perkembangan yang demikian itulah
agama menjadi berkaitan langsung dengan kebudayaan dalam masyarakat, sehingga
agama dan masyarakat serta kebudayaan mempunyai hubungan timbal balik yang
saling berpengaruh (Suparlan, 1992: 13).
Dalam keadaan dimana pengaruh ajaran-ajaran agama itu sangat kuat terhadap
sistem-sistem nilai yang ada dalam masyarakat yang bersangkutan, maka
sistem-sistem dari kebudayaan tersebut terwujud sebagai simbol-simbol suci yang
maknya bersumber pada ajaran-ajaran agama yang menjadi kerangka acuannya.
Secara langsung atau tidak langsung, etos yang menjadi pedoman eksistensi dan
kegiatan berbagai pranata yang ada dalam masyarakat (keluarga, ekonomi,
politik, pendidikan, dsb) dipengaruhi, digerakkan, dan diarahkan oleh berbagai
sistem nilai uang sumbernya ada pada nilai agama yang dianutnya, dan terwujud
dalam kegiatan-kegiatan warga masyarakat sebagai tindakan dan karya yang
diselimuti oleh simbol suci.
Persentuhan agama dalam struktur sosial, bukan saja telah melahirkan
beragam corak keberagaman dalam berbagai aliran beragama, tetapi juga membuat
persentuhan saling terkait antara kepentingan yang berdimensi keagamaan dengan
kepentingan-kepentingan aktual masyarakat. Ketika agama mengaktualisasi dalam
kehidupan para pemeluknya, maka keberagaman itu berada pada level masyarakat,
sehingga agama kemudian terintegrasi dalam sistem nilai sosial budaya, sistem sosial,
dan wujud kebudayaan fisik yang kemudian bersentuhan melalui proses sosial
dengan elemen-elemen sosial lainnya. Sehingga keberagaman saling terkait antara
dimensi normatif faham dan keyakinan dengan dimensi kehidupan aktual, baik pada
level individual maupun kolektif dalam dinamika kehidupan masyarakat.
B. Agama dan Problem Kemajemukan
Dalam masyarakat senantiasa terdapat pola-pola hubungan sosial antara lain
diwujudkan dalam proses interaksi sosial seperti integrasi dan konflik sosial.
Dalam kehidupan masyarakat dinamis, timbulnya konflik-konflik sosial merupakan
gejala yang wajar, lebih-lebih dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan
sosial dan kebudayaan.
Menurut perspektif fungsionalisme Simmel, bahwa konflik dalam suatu
masyarakat terkait dengan berbagai proses yang mempersatukan dalam kehidupan
sosial, dan bukan sekedar lawan dari persatuan. Tetapi, meskipun konflik
merupakan gejala alamiah dan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan masyarakat,
konflik tidaklah harus berkepanjangan (Johnson, 1986: 269).
a. Konflik Antarumat beragama
Karena agama dalam realitas kehidupan
memerlukan kehidupan pemeluknya dapat dipandang sebagai bagian terpenting dari
kebudayaan mereka, maka ketika muncul konflik dalam hubungan antarpemeluk agama
perlu dilihat dalam keseluruhan struktur kehidupan masyarakat Indonesia yang
majemuk. Hal itu kerena agama saling terkait dengan faham dan keyakinan para
pemeluknya tentang kebenaran mutlak “doktrin agama” masing-masing merupakan
bagian terdalam dari kehidupan manusia juga terkait dengan faktor-faktor sosial
yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. (Abdurrahman, dalam Soemardi, 1982:
142)
Oleh sebab itu, jika terjadi konflik antar
pemeluk agama, maka muatan konflik itu seringkali bersifat kompleks. Hal itu
terjadi karena agama itu sendiri bagi para pemeluknya memiliki dua dimensi.
Pertama, agama digunakan oleh para pemeluknya sebagai pandangan hidup yang
menjelaskan keberadaan manusia di dunia, sehingga agama merupakan satu-satunya
bagian dari kebudayaan yang menjelaskan arah dan tujuan hidup manusia. Kedua,
agama tidak hanya mengatur manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur manusia
dengan manusia lainnya, yang berarti bahwa agama juga terkait erat dengan
aspek-aspek kehidupan masyarakat seperti kekerabatan, kepemimpinan, politik,
ekonomi, dan sebagainya. Sehingga agama bersifat operasional dalam kehidupan
sosial manusia.
b. Konflik Intern Umat Beragama
Dalam hubungan intern umat beragama yang
memiliki prinsip keyakinan yang sama, konflik sering terjadi tidak karena
prinsip keyakinan, melainkan banyak dipengaruhi oleh selain perbedaan faham
agama atau penafsiran atas ajaran agama, juga dipengaruhi oleh perbedaan status
sosial para pemeluk agama dan kepentingan-kepentingan duniawi, seperti
kepentingan dalam memperebutkan jumlah umat, kepemimpinan, kekuasaan, politik,
aset ekonomi. Sehingga konflik yang disebabkan oleh faktor-faktor sosiologis
tersebut kemudian bertumpang tindih dengan perbedaan faham seputar
masalah-masalah “khilafiyah” yang seringkali bukan prinsip namun dianggap
sebagai prinsip dan memperoleh legitimasi dari persoalan prinsip keagamaan.
Di lingkungan umat Islam misalnya,
antarkelompok sebutlah Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU), di masa lalu
sering terjadi konflik kendatipun tidak menunjukkan ke arah disintegrasi. Pada
saat ini apabila dideskripsikan, bahwa konflik itu tampak dalam bentuk
persaingan, atau ditemukan tidak terjadi konflik tetapi pada saat yang sama
tidak pula tercipta integrasi.
Contoh data konflik antara Muhammadiyah dan NU adalah
sebagai berikut:
Tatkala
Muhammadiyah menghembuskan semangat pembaruan ke Indonesia, yang pertama kali
terusik ketenangannya adalah kalangan ulama pesantren. Keterusikan ini bukan
semata karena kekhawatiran kehilangan privilege. Tapi, jika sampai terjadi
perubahan mendanak, ulama mengkhawatirkan terjadinya "goncangan"
pemahaman di kalangan umat Islam. Maklum saja, sesuai dengan riwayat
penyebarannya yang lebih mengandalkan akulturasi ketimbang konfrontasi, ajaran Islam
yang dipertahankan para ulama adalah ajaran Islam yang moderat, toleran
terhadap tradisi, dan masih mengakui relativisme internal. Toleransi ajaran
ulama pesantren tampak pada kesediaan mereka membiarkan praktik ritual yang
bernuansa Hindu-Budha, seperti peringatan hari ke-7, ke-40, dan ke-100 kematian
seseorang.
Semangat yang menggebu kalangan pembaru serta
kekukuhan ulama pesantren dalam mempertahankan tradisi kerap berada dalam
posisi yang berhadap-hadapan. Ini menjadi awal konflik antara kaum
"modernis" dan kaum "tradisionalis". Puncaknya, pada 1927,
kalangan ulama pesantren Jawa mendirikan organisasi Nahdatul Ulama (NU).
Terlepas dari argumentasi formal yang dikemukakan pendiri NU, para sarjana yang
mengamati dinamika sejarah Islam Indonesia, menganggap kehadiran NU sebagai
reaksi atas gerakan pembaruan, khususnya yang dilancarkan Muhammadiyah.
Kasus lain dapat ditemukan dalam kelompok agama-agama lain di Indonesia,
dengan kecenderungan yang bervariasi. Di kalangan gereja Batak Protestan
misalnya, terjadi hal yang sama. Konflik antar gereja protestan terjadi karena
adanya perbedaan dalam struktur para penganutnya yang disebabkan oleh
pendidikan, kekayaan, dan kedudukan sosial di masyarakat setempat.
c. Faktor-faktor konflik umat
beragama
Di antara faktor-faktor
pemicu konflik adalah sebagai berikut:
1. Stratifikasi Sosial
Pelapisan sosial kehidupan dalam masyarakat seperti perbedaan
tingkat/status sosial dan ekonomi antarpemeluk agama maupun para pemimpinnya,
yang antara lain dapat melahirkan kecemburuan sosial. Faktor ini cukup kuat
dapat mempengaruhi faktor lainnya, karena bersifat kompleks dan struktural.
2. Faham/Penafsiran Agama.
Perbedaan pemahaman terhadap ajaran agama yang antara lain melahirkan sikap
fanatisme berlebihan terhadap madzhab keagamaan yang dianut oleh setiap
kelompok agama di lingkungan intern agamayang sama, baik pada level umat maupun
pemimpinnya.
3. Mobilitas kegaiatan
dakwah/umat
Yakni usaha-usaha mempertahankan atau memperluas jumlah jamaah yang menjadi
pengikut paham maupun gerakan dakwah yang dilakukan oleh setiap kelompok agama
di lingkungan umat beragama yang sama, termasuk dalam melakukan mobilisasi
sosial kelompok terutama para elit pemimpinnya.
4. Keyakinan Agama
Yakin kepercayaan yang mendasar dan dianggap mutlak yang mencakup komitmen
beragama, yang bersifat sakral dan fundamental bagi setiap pemeluk agama.
KESIMPULAN
Apapun konsep agama menurut para ahli, bagi para pemeluknya agama merupakan
suatu yang luhur dan diyakini dapat membawa keselamatan hidup di dunia dan di
alam setelah mati (akhirat), yang dapat membawa dirinya ke jalan Tuhan. Jadi,
agama bagi para pemeluknya merupakan kebutuhan yang seringkali menentukan dalam
kehidupannya, lebih dari pada yang lainnya.
Jika kita memahami letak agama dalam kehidupan manusia, maka dapat dipahami
mengapa agama bagi para pemeluknya seringkali menjadi sesuatu yang sangat
sensitif, seperti melahirkan sikap fanatik, agama menjadi ideologi, dan
sebagainya, sehingga dapat menimbulkan berbagai konflik dalam kehidupan
bermasyarakat. Itulah realitas sosiologis dari kehidupan beragama para
pemeluknya, dan itu bukanlah pseudo-religion.
Karena itu, jika terjadi konflik dalam hubungan antar pemeluk agama, maka
muatan konflik itu seringkali bersifat kompleks. Konflik tidaklah berdiri
sendiri, melainkan terkait dengan konteks keseluruhan kehidupan masyarakat.
Sehingga konflik tersebut selain menyentuh dimensi keyakinan akan doktrin
ajaran agama yang dipeluknya, sekaligus berkaitan dengan kepentingan sosial,
ekonomi, politik, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Nashir, Haedar. 1999.
Agama dan Krisis Manusia Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kamis, 20 September 2012
Bisnis Online yang menggiurkan
Pernahkah anda bermimpi
untuk bisa menjadi jutawan atau milioner secara mendadak? Apakah anda
ingin mimpi anda menjadi kenyataan? Cobalah kunci kesuksesan
dengan cara yang benar.. namun, untuk mewujudkan semua itu tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi jangan pula beranggapan bahwa
dunia sebesar daun kelor. Artinya, anda jangan terlalu cepat bermimpi
dan berangan-angan tanpa usaha, dan juga ketika berusaha kemudian gagal,
jangan pantang menyerah... banyak jalan rezeki untuk manusia.. teruslah
berusaha, kemudian SUKSESLAH!!!!
Anda tertarik?tetapi jangan langsung percaya...berhati-hatilah!!!
Anda tertarik?tetapi jangan langsung percaya...berhati-hatilah!!!
Langganan:
Postingan (Atom)